Nama: Ya'qub (Yakub/Israel) bin Ishaq (Ishak),
Garis Keturunan:Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra'u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒ Ya'qub as
Usia: 147 tahun
Periode sejarah: 1837 - 1690 SM
Tempat diutus (lokasi): Syam (Syria/Siria)
Jumlah keturunannya (anak): 12 anak
Tempat wafat: Al-Khalil (Hebron)
Sebutan kaumnya: Bangsa Kan'andi Al-Quran namanya disebutkan sebanyak 18 kali
Pengutusan Nabi Yakub
Ya'qub hijrah dari negeri Kan'an menuju Faddan Aram atau Padan-Aram (Harran), sebelah utara Irak, ketempat paman dari jalur ibunya, Laban.Ya'qub tinggal di Harran cukup lama. Beliau lantas menikahi sepupunya, Putri Laban. Kemudian beliau kembali kepada keluarganya (di Kan'an atau Kana'an) setelah Allah menganugerahinya sepuluh putra dari sepupunya dan istrinya yang lain.
Setelah Ya'qub kembali ke negeri Kan'an (Yabus). Allah menganugerahinya lagi dua putra, Yaitu Yusuf dan Bunyamin. Dengan demikian, jumlah putranya menjadi dua belas orang. Di tempat itulah dia menyempurnakan risalah ayahnya, Ishaq, dan kakeknya, Ibrahim, untuk menyeru pada ajaran Allah.
Ketika Allah menganugerahi Yusuf gelar kenabian dan jabatan Menteri Keuangan pada masa Hesos, Ya'qub dan anak-anaknya berangkat menemui Yusuf di Mesir. Sementara itu, Yusuf telah memaafkan perbuatan saudara-saudaranya dahulu, seperti yang disebutkan dalam surah Yusuf. Dengan demikian, bangsa Israil memasuki Mesir dan menetap disana untuk beberapa waktu. Pada sat itulah nabi Ya'qub wafat, dan tubuhnya sempat dipertahankan, kemudian dipindahkan ke Palestina dan dimakamkan disana, sesuai dengan permintaannya. Beliau dimakamkan di Gua al-Makfilah, di kota Hebron (al-Khalil).
Wasiat Nabi Ya'qub Kepada Anaknya yang Termaktub dalam Al-Qur'an
"Apakah kalian menjadi saksi saat maut akan menjemput Ya'qub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, 'Apa yang kalian sembah sepeninggalku?' Mereka menjawab, 'Kami akan menyembah Rabbmu dan Rabb nenek moyangmu, yaitu Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Rabb Yang Maha Esa, dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya," (QS. Al-Baqarah [2]: 133).
Kisah Nabi Ya'qub
Nabi Ya'qub adalah putera dari Nabi Ishaq bin Ibrahim sedang ibunya adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim, bernama Rifqah binti A'zar. Ishaq mempunyai anak kembar, satu Ya'qub dan satu lagi bernama Ishu. Antara kedua saudara kembar ini tidak terdapat suasana rukun dan damai serta tidak ada menaruh kasih-sayang satu terhadap yang lain bahkan Ishu mendendam terhadap Ya'qub saudara kembarnya yang memang dimanjakan dan lebih disayangi serta dicintai oleh ibunya. Hubungan mereka yang renggang dan tidak akrab itu makin buruk dan tegang setelah diketahui oleh Ishu bahwa Ya'qublah yang diajukan oleh ibunya ketika ayahnya minta kedatangan anak-anaknya untuk diberkahi dan didoakan, sedangkan dia tidak diberitahu dan karenanya tidak mendapat kesempatan seperti Ya'qub memperoleh berkah dan doa ayahnya, Nabi Ishaq.
Melihat sikap saudaranya yang bersikap kaku dan dingin dan mendengar kata-kata sindirannya yang timbul dari rasa dengki, bahkan ia selalu diancam. Maka, datanglah Ya'qub kepada ayahnya mengadukan sikap permusuhan itu. Ya'qub berkata mengeluh :
"Wahai ayahku! Tolonglah berikan pikiran kepadaku, bagaimana harus aku menghadapi saudaraku Ishu yang membenciku mendendam dengki kepadaku dan selalu menyindirku dengan kata-kata yang menyakitkan hatiku, sehingga hubungan persaudaraan kami berdua renggang dan tegang, tidak ada saling cinta mencintai dan saling sayang-menyayangi. Dia marah karena ayah memberkati dan mendoakan aku agar aku memperolehi keturunan soleh, rezeki yang mudah dan kehidupan yang makmur serta kemewahan . Dia menyombongkan diri dengan kedua orang isterinya dari suku Kana'an dan mengancam bahwa anak-anaknya dari kedua isteri itu akan menjadi saingan berat bagi anak-anakku kelak dalam pencarian dan penghidupan dan macam-macam ancaman lain yang menyesakkan hatiku. Tolonglah ayah berikan aku pikiran bagaimana aku dapat mengatasi masalah ini serta mengatasinya dengan cara kekeluargaan".
Berkata Nabi Ishaq yang memang sudah merasa kesal hati melihat hubungan kedua puteranya yang makin hari makin meruncing:
"Wahai anakku, karena umurku yang sudah lanjut aku tidak dapat menengahi kamu berdua. Ubanku sudah menutupi seluruh kepalaku, raut mukaku sudah berkerut dan aku sudah berada di ambang pintu perpisahan dari kamu dan meninggalkan dunia yang fana ini. Aku khawatir bila aku sudah menutup usia, gangguan saudaramu Ishu kepadamu akan makin meningkat dan ia secara terbuka akan memusuhimu, berusaha mencari kecelakaan mu dan kebinasaanmu. Ia dalam usahanya memusuhimu akan mendapat sokongan dan pertolongan dan saudara-saudara iparnya yang berpengaruh dan berwibawa di negeri ini. Maka jalan yang terbaik bagimu, menurut pikiranku, engkau harus pergi meninggalkan negeri ini dan berhijrah ke Fadan A'raam di daerah Irak, di mana bapak saudaramu yaitu saudara ibumu, Laban bin Batu'il. Engkau dapat dikawinkan kepada salah seorang puterinya. Oleh yang demikian, menjadi kuatlah kedudukan sosialmu, agar disegani dan dihormati orang karena kedudukan mertuamu yang menonjol di mata masyarkat. Pergilah engkau ke sana dengan iringan doa dariku. Semoga Allah memberkati perjalananmu, memberi rezeki murah dan mudah serta kehidupan yang tenang dan tenteram".
Nasihat dan anjuran si ayah mendapat tempat dalam hati Ya'qub.
Melihat dalam anjuran ayahnya jalan keluar yang dikehendaki dari krisis hubungan persaudaraan antaranya dan Ishu, dengan mengikuti saran itu, dia akan dapat bertemu dengan bapak saudaranya dan anggota-anggota keluarganya dari pihak ibunya. Ya'qub segera berkemas-kemas dan membungkus barang-barang yang diperlukan dalam perjalanan dan dengan hati yang sedih dia meminta restu kepada ayahnya dan ibunya ketika akan meninggalkan rumah.
Nabi Ya'qub Tiba di Iraq
Dengan melalui jalan pasir dan Sahara yang luas dengan panas mataharinya yang terik dan angin samumnya {panas} yang membakar kulit, Ya'qub meneruskan perjalanan seorang diri, menuju ke Fadan A'ram dimana bapak saudaranya Laban tinggal. Dalam perjalanan yang jauh itu, ia sesekali berhenti beristirahat bila merasa letih. Dan dalam salah satu tempat perhentiannya, lalu tertidurlah Ya'qub di bawah sebuah batu karang yang besar. Dalam tidurnya yang nyenyak, ia mendapat mimpi bahwa ia dikurniakan rezeki yang luas, penghidupan yang aman damai, keluarga dan anak cucu yang soleh dan bakti serta kerajaan yang besar dan makmur. Terbangunlah Ya'qub dari tidurnya, mengusapkan matanya menoleh ke kanan dan ke kiri dan sadarlah ia bahwa apa yang dilihatnya hanyalah sebuah mimpi namun ia percaya bahwa mimpinya itu akan menjadi kenyataan di kemudian hari sesuai dengan doa ayahnya yang masih tetap mendengung di telinganya.
Akhirnya, Ya'qub sampai di kota Fadan A'ram. Sesampainya di salah satu persimpangan jalan, dia berhenti sebentar bertanya ke salah seorang penduduk di mana letaknya rumah saudara ibunya Laban barada. Laban seorang kaya-raya, pemilik dari suatu perusahaan perternakan yang terbesar di kota itu tidak sukar bagi seseorang untuk menemukan alamatnya. Penduduk yang ditanyanya itu segera menunjuk ke arah seorang gadis cantik yang sedang menggembala kambing seraya berkata kepada Ya'qub:
"Kebetulan sekali, itulah dia anak perempuan Laban, Rahil, yang akan dapat membawa kamu ke rumah ayahnya".
Dengan hati yang berdebar, pergilah Ya'qub menghampiri seorang gadis ayu dan cantik itu, lalu dengan suara yang terputus-putus seakan-akan ada sesuatu yang mengikat lidahnya, Ya'qub mengenalkan diri, bahwa ia adalah saudara sepupunya sendiri. Rifqah ibunya, saudara kandung dari ayah si gadis itu, Laban. Diterangkan lagi kepada Rahil, tujuannya datang ke Fadam A'raam dari Kan'aan. Mendengar kata-kata Ya'qub yang bertujuan hendak menemui ayahnya, Laban, dan untuk menyampaikan pesana Ishaq. Maka, dengan senang hati, Rahil (anak gadis Laban) mempersilakan Ya'qub mengikutinya balik ke rumah untuk menemui ayahnya, Laban.Setelah berjumpa, Laban bin Batu'il, menyediakan tempat dan bilik khas untuk anak saudaranya itu, Ya'qub, yang tiada bedanya dengan tempat-tempat anak kandungnya sendiri, dengan senang hati Ya'qub tinggal di rumah Laban seperti rumah sendiri.
Ya'qub tinggal di Harran cukup lama. Beliau lantas menikahi sepupunya, Putri Laban. Kemudian beliau kembali kepada keluarganya (di Kan'an atau Kana'an) setelah Allah menganugerahinya sepuluh putra dari sepupunya dan istrinya yang lain.Setelah Ya'qub kembali ke negeri Kan'an (Yabus). Allah menganugerahinya lagi dua putra, Yaitu Yusuf dan Bunyamin. Dengan demikian, jumlah putranya menjadi dua belas orang. Di tempat itulah dia menyempurnakan risalah ayahnya, Ishaq, dan kakeknya, Ibrahim, untuk menyeru pada ajaran Allah.Ketika Allah menganugerahi Yusuf gelar kenabian dan jabatan Menteri Keuangan pada masa Hesos, Ya'qub dan anak-anaknya berangkat menemui Yusuf di Mesir. Sementara itu, Yusuf telah memaafkan perbuatan saudara-saudaranya dahulu, seperti yang disebutkan dalam surah Yusuf.
Dengan demikian, bangsa Israil memasuki Mesir dan menetap disana untuk beberapa waktu. Pada sat itulah nabi Ya'qub wafat, dan tubuhnya sempat dipertahankan, kemudian dipindahkan ke Palestina dan dimakamkan disana, sesuai dengan permintaannya. Beliau dimakamkan di Gua al-Makfilah, di kota Hebron (al-Khalil).Kisah Nabi Ya'qub di Dalam Al-QuranKisah Nabi Ya'qub dalam Al-Quran pada umumnya terintegrasi dengan kisah Nabi Ibrahim, Nabi Yusuf serta lainnya.
Di dalam Al-Quran, nama Ya'qub as, disebutkan sebanyak 18 kali, yaitu QS. [2:132, 2:133, 2:136, 2:140, 3:84, 4:163, 6:84, 11:71, 12:6, 12:38, 12:66, 12:67, 12:68, 19:6, 19:49, 21:72, 29:27, 38:45]
No comments:
Post a Comment